BOYOLALI, 4
ribuan hektar lahan tadan hujan dari 9 ribu hektar lahan tadah hujan
di kabupaten Boyolali diberokan atau dibiarkan tidak ditanami tanaman
apapaun. Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan/
Dispertanbunhut Kabupaten Boyolali Ir. Bambang Purwadi melalui
Koordinator Pengamat hama Penyakit Tanaman Pangan dan Holtikultura,
Iskak Harjono, menegaskan lahan seluas 4 ribuan hektar lahan tadah
yang diberokan karena di lahan itu tidak ada sumber air untuk pengairan
tanaman. “Jadi lahan itu tidak ada sumber mata air sama sekali dan
lahan itu hanya menggantungkan air dari air hujan saat musim penghujan“
tegas Iskak Harjono. Lahan yang diberokan itu lanjut Iskak Harjono
tersebar di beberapa wilayah kecamatan di Boyolali wilayah utara
seperti di wilayah Kecamatan Kemusu, Juwangi, Wonosegoro, Klego, dan
Kecamatan Karanggede, Sedangkan sisanya yang 5 ribu hektar tadah hujan
itu masih bisa ditanami tanaman jenis palawija karena masih ada sumber
air. Jenis tanaman yang bisa ditanam diantaranya kacang tanah seluas 953
hektar tersebar di wilayah kecamatan Nogosari, kedelai seluas 962
ditanam di wilayah kecamatan Wonosegoro, Juwangi dan Kecamatan Kemusu,
3665 hektar tanaman jagung di wilayah kecamatan Kemusu, Klego dan
wilayah Kecamatan Andong. “Di lahan – lahan inilah masih ada sumber air
meski dengan menggunakan alat pompa diesel masih bisa mengairi
tanaman“ katanya.
Pihaknya meminta petani di lahan yang tidak ada sumber air untuk memaksakan menanam tanaman karena akan gagal panen. Lahan itu baru bisa ditanami hingga musim hujan tiba diperkirakan pada bulan November tahun 2015 mendatang. Lahan bero itu menurut Iskak Harjono bisa memutus mata rantai hama penyakit tanaman. “Karena lahan dianggurkan/ diberokan cukup lama sehingga hama tanaman akan mati dengan sendirinya“ katanya. Sementara untuk lahan Irigasi teknis seperti di Wilayah Kecamatan Banyudono, Sawit dan Kecamatan Ngemplak tidak masalah karena ada sumber air yang tersedia untuk mengairi tanamannya setiap saat. Meski demikian Pihaknya berharap para petani dilahan Irigasi Teknis tersebut untuk menanam dengan pola tanam Padi- Padi – Palawija dan tidak Padi- Padi –Pantun. Dengan diselingi tanaman palawija ini bisa memutus mata ranta hama tanaman. Sementara Masa tanam/ MT I akan berlangsung bulan Oktober 2015 hingga Januari 2016, MT II berlangsung bulan Januari hingga April 2016, dan MT III akan berlangsung bulan Juni hingga September 2016 mendatang. (humas)
Pihaknya meminta petani di lahan yang tidak ada sumber air untuk memaksakan menanam tanaman karena akan gagal panen. Lahan itu baru bisa ditanami hingga musim hujan tiba diperkirakan pada bulan November tahun 2015 mendatang. Lahan bero itu menurut Iskak Harjono bisa memutus mata rantai hama penyakit tanaman. “Karena lahan dianggurkan/ diberokan cukup lama sehingga hama tanaman akan mati dengan sendirinya“ katanya. Sementara untuk lahan Irigasi teknis seperti di Wilayah Kecamatan Banyudono, Sawit dan Kecamatan Ngemplak tidak masalah karena ada sumber air yang tersedia untuk mengairi tanamannya setiap saat. Meski demikian Pihaknya berharap para petani dilahan Irigasi Teknis tersebut untuk menanam dengan pola tanam Padi- Padi – Palawija dan tidak Padi- Padi –Pantun. Dengan diselingi tanaman palawija ini bisa memutus mata ranta hama tanaman. Sementara Masa tanam/ MT I akan berlangsung bulan Oktober 2015 hingga Januari 2016, MT II berlangsung bulan Januari hingga April 2016, dan MT III akan berlangsung bulan Juni hingga September 2016 mendatang. (humas)
0 komentar:
Posting Komentar